Tunggu Pemodal untuk Produk Massal
Siswa di Surabaya, bahkan Jatim, berpotensi besar menelurkan mainan yang bisa diproduksi massal, bahkan bernilai jual.
Sayangnya, tidak ada pemodal yang melirik untuk memperbanyak menjadi komoditas. Besarnya bakat serta minat siswa mengembangkan mainan sekaligus penelitian terlihat pada Kontes Robot Hidrolik & Spaghetti Structure Challenge di Perpustakaan Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya, Jalan Sutorejo Prima, kemarin. Meski skalanya Jawa Timur, ajang ini menarik minat sekolah di luar pulau. Salah satunya perwakilan SMAN 10 Samarinda.
Kaprodi Teknik Sipil Uwika Didik Purwanto mengatakan, event robot hidrolik ini diikuti 25 tim dari SD, SMP, dan SMA. Setiap tim beranggotakan dua orang dan mendapat jatah waktu dua jam menyelesaikan robot. “Tema lomba robot hidrolik ini adalah penyelamat. Jadi robot karya peserta harus bisa mengevakuasi tantangan,” kata Didik di sela-sela lomba.
Robot karya siswa SD dan SMP dituntut mengevakuasi lima bom dan memasukannya ke mobil gegana. Selain itu, menyelamatkan dua miniatur sapi serta mengevakuasi bis dari jurang. Keharusan yang sama diberlakukan untuk robot dari peserta SMA. Cuma untuk SMA ditambah satu tantangan, robot harus memadamkan api dengan air dalam selang kecil yang didorong suntikan atau spet.
“Untuk bom, bisa diambil semua dan tidak. Nilai satu bom yang diambil 100, penyelamatan sapi mendapat poin 250 per ekor. Sedangkan, angkat bus dari jurang poinnya 350. Pemadaman api dapat nilai 500. Tim yang mendapat nilai tertinggi dengan sisa waktu terbanyak mendapat juara. Tiap peserta mendapatkan waktu lima menit untuk menampilkan robot,” sambungnya.
Adelia Nanda Pradana, kelas VIII SMPN 12 Surabaya, mengaku sempat kesulitan mengendalikan mobil remote control yang dipadukan dengan robot hidrolik berbahan stik es krim, selang berisi air yang terhubung dengan suntikan yang bisa dipompa atau ditarik sebagai pengatur tenaga robot. “Kesulitan mengendalikan mobil karena ada kendala saat belok. Sempat ambil empat bom dan dua sapi,” tutur Nanda. Siswi berjilbab ini mengaku tidak ada persiapan khusus, selain mental.
“Untuk robotnya dirakit di lokasi lomba. Penambahan mobil remote control untuk mempercepat gerakan robot hidrolik yang terbatas,” ungkapnya. Kendala saat lomba juga dihadapi Farel Errando, kelas X Jurusan Teknik Instalasi Teknik Listrik SMKN 1 Cerme, Gresik. “Kendalanya, tuas dan penjepit objek lamban merespons gerakan. Ini karena efek suntikan yang lambat,” kata Farel. Rektor Uwika Murpin Josua Sembiring mengatakan, event ini pertama kali digelar.
“Pertama tapi responsnya luar biasa. Pesertanya bukan saja dari kabupaten dan kota di Jatim, tapi ada luar pula. Ini akan menjadi event tahunan,” kata Murpin. Murpin yang juga Ketua Asosiasi Dosen Kopertis 7 Jatim ini prihatin atas tidak adanya pengembangan dan realisasi inovasi yang ada selama ini menjadi produk massal.
“Orang Indonesia, mulai zaman saya kecil dulu, sudah bikin pesawat kertas. Tapi sampai sekarang tidak jadi barang (pesawat) dan bernilai komersial. Imajinasi, inovasi anak tinggi, besar. Cuma imajinasi, inovasi ini tidak didukung formal dan ditindaklanjuti. Di Tiongkok, anak-anak SMK bikin mobil, oleh pebisnis dibiayai dan diproduksi massal. Kalau sudah massal, harganya kan terjangkau,” kata Murpin.
Murpin yang masuk 100 tokoh berpengaruh asal suku Karo ini tidak lupa mengapresiasi para juara. Tingkat SD, tim SD Muhammadiyah 26 Surabaya juara I, SD IT Ghilmani juara II, SD Al Azhar Kelapa Gading Surabaya juara III. Tingkat SMP, juara I SMPN 12 Surabaya, juara II tim lain dari SMPN 12 Surabaya, dan juara III tim SD Muhammadiyah 26 yang mengikuti lomba tingkat SMP.
Soeprayitno
Surabaya
Berita Ini dimuat di :
KORAN SINDO JATIM, Edisi Jumat, 20 November 2015, Hal. 9.
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=6&n=19&date=2015-11-20